(Swary Utami Dewi, Penggiat The Climate Reality Project Indonesia)

nusakini.com - Bincang Buku yang diselenggarakan The Climate Reality Project Indonesia, 22 Juni 2020, menghadirkan 3 judul buku. Pertama buku Sustainable Me, karya penulis muda, Via Apriyani. Kedua, buku Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim pada Transportasi, besutan Wendy Aritenang Yazid. Ketiga, buku Perempuan di Singgasana Lelaki, karya Diah Y. Suradiredja dan Syafrizaldi Jpeng.

Bagaimana ide sampai buku-buku ini lahir? Apa yang memotivasi untuk menulis buku? Demikian pertanyaaan menarik dari Amanda Katili, manajer The Climate Reality Project Indonesia, kepada para penulis tiga tersebut. 

Penulis muda yang menekuni studi masters-nya di Swedia, Via Apriyani, menyatakan bahwa perkuliahannya di negeri Skandinavia ini memang terkait langsung dengan isu pembangunan berkelanjutan. Tambahan lagi pengalaman hidup di sana selama masa kuliah memberikannya inspirasi tentang apa yang harus dibagi: hidup sustainable ala Swedia. Maka lahirlah buku inspiratif berjudul Sustainable Me ini. 

Buku Via, meski ditulis dengan gaya bahasa sederhana, namun bermakna dalam. Harapannya agar semua bisa nyaman membacanya kemudian paham tentang pesan penting buku ini, yakni semua bisa berbuat untuk menyelamatkan bumi dan kehidupan. Keinginan Via nampaknya mulai menampakkan jejak. Dari anak sekolah menengah hingga pejabat setingkat duta besar telah melahap buku ini.

Beralih ke Wendy Aritenang Yazid. Wendy bukanlah pegawai negeri biasa. Lulusan ITB ini hampir menghabiskan semua jejak karirnya di berbagai instansi pemerintahan. Beberapa di antaranya adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Otorita Batam, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Kementerian Perhubungan.

Saat berkarir di Kementerian Perhubungan, hingga mencapai karir puncak, Wendy mengembangkan gairahnya di isu lingkungan dan perubahan iklim. Cita-citanya ingin mendorong keberadaan transport ramah lingkungan atau sustainable transport di Indonesia. Bukunya berjudul Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim pada Transportasi merupakan salah satu cara Wendy untuk membuat isu transportasi ramah lingkungan menjadi lekat di benak masyarakat. "Tanggung jawab moril saya untuk berbagi pengalaman dan membuat banyak orang menjadi paham tentang sustainable transport," ujar lelaki yang sudah menjalani purna tugas sebagai abdi negara ini dengan lugas.

Kelugasan ini pulalah yang dijumpai pada buku ketiga berjudul Perempuan di Singgasana Lelaki. Besutan Diah Suradiredja dan Syafrizaldi Jpeng memang tidak khusus terkait dengan isu perubahan iklim. Tapi jangan salah, buku ini mengulas sepak terjang para pemimpin perempuan yang memegang tampuk pemerintahan di daerahnya masing-masing. Para pemimpin perempuan yang menjadi harapan, di mana saat mereka memerintah diharapkan bisa lahir kebijakan-kebijakan pro-rakyat dan lingkungan.

Buku ini merupakan hasil penelitian yang komprehensif terkait gender dan keterwakilan perempuan dalam politik formal. Perspektif empiris-kritis yang menjadi landasan buku ini memberi pijakan bahwa wilayah publik dan domestik tidak harus dipertentangkan. Meski merupakan hasil penelitian, cara penulisannya tidaklah berat. 

Nampaknya pengalaman Diah dan Aal, panggilan akrab keduanya, yang memiliki pengalaman lama bergaul dengan berbagai kelompok beragam untuk isu kehutanan dan lingkungan membuat gaya buku inipun menjadi komunikatif dan mengalir serta sangat mudah dicerna pembaca dari beragam latar belakang. 

Ketiga buku yang hadir pada Bincang Buku besutan The Climate Reality Project Indonesia ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi para penggelut isu lingkungan, perubahan iklim dan gender. Buku tidak hanya mampu menjadi alat penyadaran yang efektif, tapi juga bisa menjadi alat pemersatu kekuatan berjuang bagi para penggiat isu ini.